Minggu, 05 Mei 2013

adab bertamu dan menerima tamu


Adab Bertamu atau Menerima Tamu dalam Islam

A.    Adab Berpergian dalam Islam
a.       Pengertian Berpergian
Dalam Islam, berpergian (rihlah) bermakna berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya untuk mencapai tujuan baik materi maupun nonmateri. Adapun gerakan yang dilakukan selama rihlah dalam menempuh suatu jarak tertentu disebut safar.

b.      Contoh Berpergian
1.   Berpergian untuk keselamatan
Contoh : hijrah yang dilakukan nabi dan para sahabat saat dakwah islam pertama di Mekkah.
2.   Berpergian untuk tujuan keagaman
Contoh : berpergian untuk menuntut ilmu, silaturahmi, mencari ibrah (hikmah atas kebesaran Allah), menggunjungi tempat-tempat mulia, dan lain-lain.
3.   Berpergian untuk kemaslahatan duniawi
Contoh : berpergian untuk menengahi sebuah pertikaian, untuk dakwah, untuk bermusyawarah hal-hal penting, dll.
4.   Turisme
Contoh : naik gunung, berwisata ke suatu tempat,dll.
c.       Hikmah dan Tujuan Berpergian
  Hikmah Berpergian
Hikmah rihlah bukan hanya menambah ikatan cinta antar anggota masyarakat karena saling kunjung mengunjungi tapi juga memperdalam ketaatan kepada Allah. “Maka tidakkah mereka mengadakan perjalanan di muka bumi sehingga dapat memperhatikan bagaimana kesudahan orang-orang yang sebelum mereka ; Allah telah menimpakan kebinasaan atas mereka dan orang-orang kafir akan menerima (akibat-akibat) seperti itu.” (QS. 47:10).
  Tujuan Berpergian
Di dunia, dalam kehidupan manusia, Islam selalu menyerukan agar manusia dalam bepergian dan bergerak menghasilkan kebaikan dunia dan akhirat. Dari maksud tersebut, manusia akan mendapatkan nilai plus pada rihlah. Jadi bukan hanya kesenangan saja yang didapat dari rihlah itu tetapi pahala atau ganjaran dari Allah SWT juga akan diraih. Urusan seorang muslim bergerak dan berpindah-pindah untuk mendapatkan rezeki, menuntut ilmu, melaksanakan haji atau umrah, menjenguk kawan, menjenguk orang sakit dan sebagainya. Semua kegiatan tersebut bernilai ibadah jika tujuan berpergian dalam rangka mencari ridho Allah semata.





B.     Adab Bertamu dalam Islam
a.       Pengertian Bertamu
Bertamu adalah salah satu cara untuk menyambung tali persahabatan yang dianjurkan oleh Islam. Islam memberi kebebasan untuk umatnya dalam bertamu. Tata krama dalam bertamu harus tetap dijaga agar tujuan bertamu itu dapat tercapai. Apabila tata krama ini dilanggar maka tujuan bertamu justru akan menjadi rusak, yakni merenggangnya hubungan persaudaraan. Islam telah memberi bimbingan dalam bertamu, yaitu jangan bertamu pada tiga waktu aurat.  
      Yang dimaksud dengan tiga waktu aurat ialah sehabis zuhur, sesudah isya’, dan sebelum subuh. Allah SWT berfirman:

24:58

Artinya: “hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita) yang kamu miliki, dan orang-orang yang belum balig di antara kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali (dalam satu hari) yaitu: sebelum sembahyang subuh, ketika kamu menanggalkan pakaian (luar)mu di tengah hari dan sesudah sembahyang Isya’.(Itulah) tiga ‘aurat bagi kamu. Tidak ada dosa atasmu dan tidak (pula) atas mereka selain dari (tiga waktu) itu. Mereka melayani kamu, sebahagian kamu (ada keperluan) kepada sebahagian (yang lain). Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat bagi kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.(QS An Nur : 58)
      
Ketiga waktu tersebut dikatakan sebagai waktu aurat karena waktu-waktu itu biasanya digunakan. Lazimnya, orang yang beristirahat hanya mengenakan pakaian yang sederhana (karena panas misalnya) sehingga sebagian dari auratnya terbuka. Apabila budak dan anak-anak kecil saja diharuskan meminta izin bila akan masuk ke kamar ayah dan ibunya, apalagi orang lain yang bertamu. Bertamu pada waktu-waktu tersebut tidak mustahil justru akan menyusahkan tuan rumah yang hendak istirahat, karena terpaksa harus berpakaian rapi lagi untuk menerima kedatangan tamunya.

b.  Cara Bertamu yang Baik
Cara bertamu yang baik menurut Islam antara lain sebagai berikut:
1.   Berpakaian yang rapi dan pantas
Bertamu dengan memakai pakaian yang pantas berarti menghormati tuan rumah dan dirinya sendiri. Tamu yang berpakaian rapi dan pantas akan lebih dihormati oleh tuan rumah, demikian pula sebaliknya. Allah SWT berfirman :

17:7
Artinya: “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri.... ” (QS Al Isra : 7)

2.   Memberi isyarat dan salam ketika datang
Allah SWT berfirman:

             24:27  

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat.” (QS An Nur : 27)





        Diriwayatkan bahwa:

اِنَّ رَجُلاً اِسْتَأْذَنَ عَلى النَّبِيِّ ص م وَ هُوَ فِى بَيْتٍ فَقَالَ : “اَلِجُ” فَقَالَ النَّبِيُّ ص م لِجَادِمِهِ : اُخْرُجْ اِلَى هَذَا فَعَلِّمْهُ الاِسْتِأْذَانَ فَقَلَ لَهُ : قُلْ “السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ اَ اَدْخُلْ” فَسَمِعَهُ الرِّجَلْ فَقُلْ “السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ اَ اَدْخُلْ” فَاَذِنَ النَّبِيُّ ص م قَدْ دَخَلَ (رواه ابو داود)

Artinya:”Bahwasanya seorang laki-laki meminta izin ke rumah Nabi Muhammad SAW sedangkan beliau ada di dalam rumah. Katanya: Bolehkah aku masuk? Nabi SAW bersabda kepada pembantunya: temuilah orang itu dan ajarkan kepadanya minta izin dan katakan kepadanya agar ia mengucapkan  “Assalmualikum, bolehkah aku masuk” lelaki itu mendengar apa yang diajarkan nabi, lalu ia berkata “Assalmu alaikum, bolehkah aku masuk?” nabi SAW memberi izin kepadanya maka masuklah ia. (HR Abu Daud)

3.   Jangan mengintip ke dalam rumah
Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Dari Sahal bin Saad ia berkata: Ada seorang lelaki mengintip dari sebuah lubang pintu rumah Rasullulah SAW  dan pada waktu itu beliau sedang menyisir rambutnya. Maka Rasullulah SAW bersabda: ”Jika aku tahu engkau mengintip, niscaya aku colok matamu. Sesungguhnya Allah memerintahkan untuk meminta izin itu adalah karena untuk menjaga pandangan mata.” (HR Bukhari)

4.   Minta izin masuk maksimal sebanyak tiga kali
Jika telah tiga kali namun belum ada jawaban dari tuan rumah, hendaknya pulang dahulu dan datang pada lain kesempatan. 

5.   Memperkenalkan diri sebelum masuk
Apabila tuan rumah belum tahu/belum kenal, hendaknya tamu memperkenalkan diri secara jelas, terutama jika bertamu pada malam hari. Diriwayatkan dalam sebuah hadits yang artinya: “Dari Jabir ra la berkata: Aku pernah datang kepada Rasulullah SAW lalu aku mengetuk pintu rumah beliau. Nabi SAW bertanya: “Siapakah itu?” Aku menjawab: “Saya” Beliau bersabda: “Saya, saya...!” seakan-akan beliau marah.” (HR Bukhari)  
Kata “Saya” belum memberi kejelasan. Oleh sebab itu, tamu hendaknya menyebutkan nama dirinya secara jelas sehingga tuan rumah tidak ragu lagi untuk
menerima kedatangannya.

6.   Tamu lelaki dilarang masuk kedalam rumah apabila tuan rumah hanya seorang wanita
Dalam hal ini, perempuan yang berada di rumah sendirian hendaknya juga tidak memberi izin masuk tamunya. Mempersilahkan tamu lelaki ke dalam rumah sedangkan ia hanya seorang diri sama halnya mengundang bahaya bagi dirinya sendiri. Oleh sebab itu, tamu cukup ditemui diluar saja.

7.      Masuk dan duduk dengan sopan
Setelah tuan rumah mempersilahkan untuk masuk, hendaknya tamu masuk dan duduk dengan sopan di tempat duduk yang telah disediakan. Tamu hendaknya membatasi diri, tidak memandang kemana-mana secara bebas. Pandangan yang tidak dibatasi (terutama bagi tamu asing) dapat menimbulkan kecurigaan bagi tuan rumah. Tamu dapat dinilai sebagai orang yang tidak sopan, bahkan dapat pula dikira sebagai orang jahat yang mencari-cari kesempatan. Apabila tamu tertarik kepada sesuatu (hiasan dinding misalnya), lebih ia berterus terang kepada tuan rumah bahwa ia tertarik dan ingin memperhatikannya.

8.   Menerima jamuan tuan rumah dengan senang hati
Apabila tuan rumah memberikan jamuan, hendaknya tamu menerima jamuan tersebut dengan senang hati, tidak menampakkan sikap tidak senang terhadap jamuan itu. Jika sekiranya tidak suka dengan jamuan tersebut, sebaiknya berterus terang bahwa dirinya tidak terbiasa menikmati makanan atau minuman seperti itu. Jika tuan rumah telah mempersilahkan untuk menikmati, tamu sebaiknya segera menikmatinya, tidak usah menunggu sampai berkali-kali tuan rumah mempersilahkan dirinya.

9.   Mulailah makan dengan membaca basmalah dan diakhiri dengan membaca hamdalah
Rasulullah bersabda dalam sebuah hadits yang artinya: “Jika seseorang diantara kamu hendak makan maka sebutlah nama Allah, jika lupa menyebut nama Allah pada awalnya, hendaklah membaca: Bismillahi awwaluhu waakhiruhu.” (HR Abu Daud dan Turmudzi)

10. Makanlah dengan tangan kanan, ambilah yang terdekat dan jangan memilih
Islam telah memberi tuntunan bahwa makan dan minum hendaknya dilakukan dengan tangan kanan, tidak sopan dengan tangan kiri (kecuali tangan kanan berhalangan). Cara seperti ini tidak hanya dilakukan saat bertamu saja. Melainkan dalam berbagai suasana, baik di rumah sendiri maupun di rumah orang lain.

11. Bersihkan piring, jangan biarkan sisa makanan berceceran
Sementara ada orang yang merasa malu apabila piring yang habis digunakan untuk makan tampak bersih, tidak ada makanan yang tersisa padanya. Mereka khawatir dinilai terlalu lahap. Islam memberi tuntunan yang lebih bagus, tidak sekedar mengikuti perasaan manusia yang terkadang keliru. Tamu yang menggunakan piring untuk menikmati hidangan tuan rumah, hendaknya piring tersebut bersih dari sisa makanan. Tidak perlu menyisakan makanan pada piring yang bekas dipakainya yang terkadang menimbulkan rasa jijik bagi yang melihatnya.



12. Segeralah pulang setelah selesai urusan
Kesempatan bertamu dapat digunakan untuk membicarakan berbagai permasalahan hidup. Namun demikian, pembicaraan harus dibatasi tentang permasalahan yang penting saja, sesuai tujuan berkunjung. Hendaknya dihindari pembicaraan yang tidak ada ujung pangkalnya, terlebih membicarakan orang lain. Tamu yang bijaksana tidak suka memperpanjang waktu kunjungannya, ia tanggap terhadap sikap tuan rumah. Apabila tuan rumah telah memperhatikan jam, hendaknya tamu segera pamit karena mungkin sekali tuan rumah akan segera pergi atau mengurus masalah lain. Apabila tuan rumah menghendaki tamunya untuk tetap tinggal dahulu, hendaknya tamu pandai-pandai membaca situasi, apakah permintaan itu sungguh-sungguh atau hanya sekedar pemanis suasana. Apabila permintaan itu sungguh-sungguh maka tiada salah jika tamu memperpanjang masa kunjungannya sesuai batas kewajaran.


c.       Hikmah dan Tujuan Bertamu
Hikmah dan Tujuan Bertamu yaitu mempererat tali silaturrahim dan semangat kebersamaaan antar sesama manusia.



C.    Adab Menerima Tamu dalam Islam
a.      Kewajiban Menerima Tamu
Sebagai agama yang sempurna, Islam juga memberi tuntunan bagi umatnya dalam menerima tamu. Demikian pentingnya masalah ini (menerima tamu) sehingga Rasulullah SAW menjadikannya sebagai ukuran kesempurnaan iman. Artinya, salah satu tolak ukur kesempurnaan iman seseorang ialah sikap dalam menerima tamu. Sabda Rasulullah SAW:
                        مَنْ كَاَنَ يُؤْمِنُ بِا اللهِ وَالْيَوْمِ الاَخِرِ فَالْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ (رواه البخارى)
Artinya: “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia             memuliakan tamunya.”(HR Bukhari)

b.  Cara bertamu yang baik
1.              Berpakaian yang pantas
Sebagaimana orang yang bertamu, tuan rumah hendaknya mengenakan pakaian yang pantas pula dalam menerima kedatangan tamunya. Berpakaian pantas dalam menerima kedatangan tamu berarti menghormati tamu dan dirinya sendiri. Islam menghargai kepada seorang yang berpakain rapi, bersih dan sopan. Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “ Makan dan Minumlah kamu, bersedekah kamu dan berpakaianlah kamu, tetapi tidak dengan sombong dan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah amat senang melihat bekas nikmatnya pada hambanya.”  (HR Baihaqi)

2.              Menerima tamu dengan sikap yang baik
Tuan rumah hendaknya menerima kedatangan tamu dengan sikap yang baik, misalnya dengann wajah yang cerah, muka senyum dan sebagainya. Sekali-kali jangan acuh, apalagi memalingkan muka dan tidak mau memandangnya secara wajar. Memalingkan muka atau tidak melihat kepada tamu berarti suatu sikap sombong yang harus dijauhi sejauh-jauhnya.

3.              Menjamu tamu sesuai kemampuan
Termasuk salah satu cara menghormati tamu ialah memberi jamuan kepadanya.

4.              Tidak perlu mengada-adakan
Kewajiban menjamu tamu yang ditentukan oleh Islam hanyalah sebatas kemampuan tuan rumah. Oleh sebab itu, tuan rumah tidak perlu terlalu repot dalam menjamu tamunya. Bagi tuan rumah yang mampu hendaknya menyediakan jamuan yang pantas, sedangkan bagi yang kurang mampu hendaknya menyesuaikan kesanggupannya. Jika hanya mampu memberi air putih maka air putih itulah yang disuguhkan. Apabila air putih tidak ada, cukuplah menjamu tamunya dengan senyum dan sikap yang ramah.

5.              Lama waktu
Sesuai dengan hak tamu, kewajiban memuliakan tamu adalah tiga hari, termasuk hari istimewanya. Selebihnya dari waktu itu adalah sedekah baginya. Sabda Rasulullah SAW:

اَلضِّيَافَةُ ثَلاَثَةُ اَيَّامٍ فَمَا كَانَ وَرَاءَ ذَالِكَ فَهُوَ صَدَقَةُ عَلَيْهِ (متفق عليه)
Artinya: “ Menghormati tamu itu sampai tiga hari. Adapun selebihnya adalah merupakan sedekah baginya.” (HR Muttafaqu Alaihi)

6.               
7.              Antarkan sampai ke pintu halaman jika tamu pulang
Salah satu cara terpuji yang dapat menyenangkan tamu adalah apabila tuan rumah mengantarkan tamunya sampai ke pintu halaman. Tamu akan merasa lebih semangat karena merasa dihormati tuan rumah dan kehadirannya diterima dengan baik.



c.       Hikmah dan Tujuan Menerima Tamu
Hikmah dan Tujuan Bertamu yaitu mempererat tali silaturrahim dan semangat kebersamaaan antar sesama manusia.








PENUTUP


A.    Kesimpulan
1.   Berpergian (rihlah) yaitu berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya untuk mencapai tujuan baik materi maupun nonmateri.
2.   Contoh Berpergian :
  Berpergian untuk keselamatan.
  Berpergian untuk tujuan keagaman.
  Berpergian untuk kemaslahatan duniawi.
  Turisme.
3.   Hikmah berpergian yaitu menambah ikatan cinta antar anggota masyarakat karena saling kunjung mengunjungi sedangkan Tujuan berpergian yaitu mencari ridho Allah semata.
4.   Bertamu adalah salah satu cara untuk menyambung tali persahabatan yang dianjurkan oleh Islam.
5.   Contoh Bertamu dalam islam yaitu :
  Berpakaian yang rapi dan sopan.
  Memberi isyarat dalam salam ketika datang.
  Jangan mengintip kedalam rumah.
  Minta izin masuk maksimal sebanyak tiga kali.
  Memperkenalkan diri sebelum masuk.
  Tamu lelaki dilarang masuk kedalam rumah apabila tuan rumah hanya seorang wanita.
  Masuk dan duduk dengan sopan.
  Menerima jamuan tuan rumah dengan senang hati.
  Mulailah makan dengan membaca basmalah dan diakhiri dengan membaca hamdalah.
  Makanlah dengan tangan kanan, ambilah yang terdekat dan jangan memilih.
  Bersihkan piring, jangan biarkan sisa makanan berceceran.
  Segeralah pulang setelah selesai urusan.
6.   Hikmah dan tujuan bertamu/menerima tamu adalah mempererat tali silaturrahim dan semangat kebersamaaan antar manusia.
7.   Contoh Menerima Tamu :
  Berpakaian yang sopan.
  Menerima tamu dengan sikap yang baik.
  Menjamu tamu sesuai dengan kemampuan.
  Tidak perlu mengada-adakan
  Lama waktu.
  Antarkan sampai ke pintu halaman jika tamu pulang.

Minggu, 10 Maret 2013

Laporan uji Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tinjauan Pustaka
1.1.1      Larutan
                        Larutan adalah campuran homogen (komposisinya sama), serba sama (ukuran partikelnya), tidak ada bidang batas antara zat pelarut dengan zat terlarut (tidak dapat dibedakan secara langsung antara zat pelarut dengan zat terlarut), partikel- partikel penyusunnya berukuran sama (baik ion, atom, maupun molekul) dari dua zat atau lebih. Dalam larutan fase cair, pelarutnya (solvent) adalah cairan, dan zat yang terlarut di dalamnya disebut zat terlarut (solute), bisa berwujud padat, cair, atau gas. Dengan demikian, larutan = pelarut (solvent) + zat terlarut (solute). Khusus untuk larutan cair, maka pelarutnya adalah volume terbesar.
( sumber : http://landasanteori.blogspot.com/2011/09/pengertian-larutan-larutan-adalah.html)
1.1.2      Membedakan Larutan Elektrolit dan Larutan Non Elektrolit
Larutan elektrolit dan non elektrolit dapat dibedakan dengan jelas dari sifatnya yaitu kemampuan menghantarkan listrik. 
a) Larutan elektrolit dapat menghantarkan listrik.
Hal ini untuk pertama kalinya diterangkan oleh Svante August Arrhenius (1859-1927), seorang ilmuwan dari Swedia. Arrhenius menemukan bahwa zat elektrolit dalam air akan terurai menjadi partikel-partikel berupa atom atau gugus atom yang bermuatan listrik. Karena secara total larutan tidak bermuatan, maka jumlah muatan positif dalam larutan harus sama dengan muatan negatif.
Atom atau gugus atom yang bermuatan listrik itu dinamai ion. Ion yang bemuatan positif disebut kation, sedangkan ion yang bermuatan negatif disebut anion. Pembuktian sifat larutan elektrolit yang dapat menghantarkan listrik ini dapat diperlihatkan melalui eksperimen. Zat-zat yang tergolong elektrolit yaitu asam, basa, dan garam. Contoh larutan elektrolit kuat : HCl, HBr, HI, HNO3, dan lain-lain. Contoh larutan elektrolit lemah : CH3COOH, Al(OH)3 dan Na2CO3.
b)  Larutan non elektrolit tidak dapat menghantarkan listrik.
     Adapun larutan non elektrolit terdiri atas zat-zat non elektrolit yang tidak dilarutkan ke dalam air tidak terurai menjadi ion (tidak terionisasi). Dalam larutan, mereka tetap berupa molekul yang tidak bermuatan listrik. Itulah sebabnya larutan non elektrolit tidak dapat menghantarkan listrik. Pembuktian sifat larutan non elektrolit yang tidak dapat menghantarkan listrik ini dapat diperlihatkan melalui eksperimen. Contoh larutan non elektrolit: Larutan Gula (C12H22O11), Etanol (C2H5OH), Urea (CO(NH2)2), Glukosa (C6H12O6), dan lain-lain.
(sumber :http://sherchemistry.wordpress.com/kimia-x-2/kimia-xi/)

1.1.3     Elektrolit dan Non Elektrolit
Pada tahun 1984, Svante August Arrhenius berhasil menjelaskan bahwa elektrolit dalam pelarut air dapat terurai menjadi ion-ionnya, sedangkan non elektrolit dalam pelarut air tidak terurai menjadi ion-ionnya.
·                Senyawa ion akan terurai menjadi ion-ion dalam pelarut air                                      Contoh:             NaCl (s)                       Na+ (aq) + Cl- (aq)

Senyawa ion baik dalam pelarut air maupun dalam bentuk lelehannya dapat menghantarkan   arus listrik.
·                Senyawa kovalen polar dapat menghantarkan listrik dalam pelarut air karena molekul  
molekulnya akan terurai menjadi ion-ionnya.
Contoh:           CH3COOH (aq)            H+(aq) + CH3COO-(aq)

Akan tetapi senyawa kovalen polar yang lain, seperti gula (C12H22O11) tidak dapat menghantarkan listrik dalam pelarut air. Hal ini disebabkan molekul-molekul C12H22O11 tidak dapat terurai menjadi ion-ion dalam pelarut air. Jadi senyawa kovalen polar dapat berupa elektrolit maupun non-elektrolit. Bersifat elektrolit jika dapat bereaksi dengan pelarut air (terhidrolisis). Zat-zat yang tergolong elektrolit yaitu asam, basa, dan garam.
( sumber :memahami kimia SMA kelas X, hal 97)
1.2 Hipotesis
       Larutan air gula,air garam, air kapur, termasuk dalam elektrolit kuat, perasan jeruk nipis, cuka, obat magh, termasuk dalam elektrolit lemah, sedangkan miniman berenergi, minuman isotonic, air laut, saof drink dan alcohol merupan larutan non elektrolit.

1.3 Rancangan Percobaan
       Skema peralatan
BAB II
METODELOGI PRAKTIKUM
2.1 Judul praktikum : Uji larutan elektrolit dan non elektrolit
2.2 Tujuan
            Untuk menguji kebenaran larutan elektrolit dan larutan non elektrolit.
2.3 Alat dan Bahan
            Alat     :
1.      Baterai bekas ( karbonya)
2.      Baterai baru
3.      Kabel
4.      Tang
5.      Penjepit listrik
6.      Obeng (-)
7.      Gunting
8.      Solder
9.      Ember / baskom
10.  Timah
11.  Karton bekas/ kalender/ kardus bekas
12.  Lakban listrik
13.  Isolasi
14.  Bola lampu senter
15.  Serbet
16.  Tisu
17.  Wadah
Bahan   :
1.      Air gula
2.      Air garam
3.      Air laut
4.      Air kapur
5.      Perasan jeruk nipis
6.      Cuka
7.      Obat magh
8.      Minuman berenergi
9.      Minuman isotonic
10.  Soft drink
11.  Alcohol
2.4 Prosedur kerja ( pakai kata kerja pasif, diawali di)
1.      Di awali dengan menggabungkan baterai yang positif kenegatif begitu seterusnya lalu di isolasi setiap sambungan dua baterai.
2.      Di bungkus dengan karton, baterai yang sudah diisolasi tadi lalu di lakban diluarnya.
3.      Disiapakan kabel lalu kupas bagian ujung kabel dengan gunting ( hanya sedikit). Lau kedua ujung kabel yang telah dikupas di tempelkan bola lampu senter dengan menggunakan timah yang disolder.
4.      Di ujung kutub baterai ditempelkan sisa kabel sehingga bola lampu menyala.
5.      Dibersihkan terlebih dahulu semua peralatan yang akan digunakan dan dikeringkan
6.      Dimasukkan larutan secukupnya ke dalam gelas kimia yang bersih dan kering
7.      Diuji daya hantar listriknya dengan menggunakan rangkaian alat penguji elektrolit dengan cara mencelupkan elektroda ke dalam larutan
8.      Diamati perubahan yang terjadi dan apakah lampu menyala (catat dalam tabel pengamatan)
9.      Dibersihkan dahulu elektroda dengan air dan dibersihkan
10.  Dengan cara yang sama, ujilah daya hantar larutan lain yang tersedia


BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pengamatan
Dari hasil praktikum uji sifat larutan elektrolit dan non elektrolit yang dilaksankan pada:
             Hari                : Rabu
             Tanggal          : 22 januari 2013
             Di                   : SMA 3 Tarakan Jalan P. Aji Iskandar Juata Kerikil
Diperoleh hasil sebagai berikut :
No
Bahan Uji
Nyala lampu
Gelembung gas
Larutan elektrolit
Terang
Redup
Tidak menyala
Banyak
Sedikit
Tidak ada
Kuat
Lemah
Non elektrolit
1
Perasan jeruk nipis






2
Minuman soft drik






3
Minuman berenergi






4
Air laut






5
Cuka






6
Minuman ion






7
Air gula






8
Air kapur






9
Alcohol






10
Obat magh






11
Air garam






Table 3.1 Tabel hasil pengamatan uji elektrolit berbagai bahan

3.2 Pembahasan
Dari percobaan diatas maka kita dapat mengambil pambahasan bahwa, larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan listrik Setelah melakukan percobaan, saya mengelompokan larutan-larutan yang telah diuji tersebut ke dalam beberapa golongan .
1.      Larutan elektrolit, yaitu larutan, obat magh, air kapur, perasan jeruk nipis, minuman soft drink, minuman ion, dan air garam.
2.      Larutan Non Elektrolit yaitu, alkohol, minuman berenergi, air laut, cuka, dan  air gula.


Dari hasil uji coba dan tabel di atas, diperoleh data sebagai berikut :
1)          Perasan jeruk nipis  termasuk elektrolit lemah, memiliki gelembung sedikit pada waktu diuji, dan hasil tidak nyala lampu.
2)          Minuman soft drink termasuk elektrolit lemah,  pada hasil uji coba gelembung gasnya sedikit dan lampu tidak menyala.  
3)          Minuman berenergi termasuk elektrolit lemah, ada gelembung tetapi lampu tidak menyala.
4)          Air laut termasuk non elektolit karena, tidak ada gelembung saat diuji dan lampu tidak menyala
5)          cuka, bukan termasuk larutan elektrolit (non elektrolit). Sebab menurut hasil percobaan Aquades tidak menghasilakn gelembung, dan lampu tidak menyala.
6)          Minuman ion, tidak menyala dan menghasilkan gelembung yang banyak, larutan elektrolit (elektrolit lemah)
7)          Air gula, menurut hasil percobaan gelembung tidak ada dan lampu tidak menyala termasuk dalam kategori non elektrolit.
8)          Air kapur menghasilkan gelembung banyak, tetapi lampu tidak menyala termasuk larutan elektrolit lemah.
9)          Alcohol, tidak menghasilkan gelembung, lampu tidak menyala termasuk larutan non elektrolit.
10)      Obat magh, menghasilakn gelembung tetapi lampu tidak menyala termasuk larutan elektrolit lemah.
11)      Air garam, terdapat banyak gelembung, lampu menyala redup termasuk larutan elektolit lemah.
Berikut ini merupakan alasan larutan elektrolit dapat menghantarkan listrik .
1.      Bila larutan elektrolit dialiri alrus listrik, ion-ion dalam larutan akan bergerak menuju electrode dengan muatan yang berlawanan, melalui cara ini arus listrik akan mengalir dan ion bertindak sebagai penghantar, sehingga dapat menghantarkan arus listrik.
2.      Gula pasir, minuman berenergi, air laut, dan alcohol juga di larutkan dalam air tidak terurai menjadi ion-ion. Dalam larutan itu, zat-zat tersebut tetap berwujud molekul-molekul netral yang tidak bermuatan listrik, maka larutan-larutan tersebut tidak menghantarkan arus listrik atau non elektrolit
Berdasarkan penjelasan ini, maka penyebab larutan dapat menghantarkan listrik adalah karena adanya ion-ion positif dan ion negative yang berasal dari senyawa elektrolit yang terurai dalam larutan.
Pelarutan dalam air dinyatakan dengan persamaan :
1.      NaCl                 = Na+ + Cl-
2.      HCl                   = H+ + Cl-
3.      NaOH               = Na+ + OH-
4.      CH3COOH      = CH3COO+ H+
Adapun zat non elektrolit dalam larutan tidak terurai menjadi ion-ion, tetapi berupa molekul.
1.      C2H5OH(e) C2H5OH (aq)
2.      CO (NH2)(S) CO (NH2)2 (aq)
Berikut ini merupakan proses hidrasi senyawa ion pada NaCl :
Penggolongan elektrolit kuat dan elektrolit lemah didasarkan pada jumlah ion-ion yang ada dalam larutan. Dalam elektrolit kuat, sebagian besar atau seluruh molekul terurai menjadi ion, sedangkan dalam elektrolit lemah, hanya sebagian kecil molekul yang mengion, sebagai contoh :
1.      Pada Konsentrasi sama, elektrolit kuat mempunyai daya hantar lebih baik daripada elektrolit lemah.
2.      Selain itu terdapat penggolongan lain yaitu berdasarkan senyawa-senyawa pembentuk larutan


Dalam pembahasan ini saya menjelaskan mengapa larutan NaCl yang kami uji tidak termasuk dalam elektrolit kuat, terlepas dari penjelasan di atas yang menyebutkan bahwa larutan NaCl termasuk dalam elektrolit kuat. Hal tersebut dikarenakan oleh beberapa hal yang menurut kelompok kami :
1.      Baterai yang kami gunakan mungkin lemah
2.      Pelarut yang di gunakan dalam larutan tersebut jumlahnya terlalu banyak dibandingkan dengan zat terlarutnya.
3.      Kemungkinan zat larut yang kami pakai seperti air laut tidak termasuk elektrolit karena airnya sudah tercampur dengan zat larut yang lain.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan kita dapat mengambil keputusan yaitu sebagai berikut :
1.      Larutan berdasarkan daya hantar listrik terbagi atas, larutan elektroolit dan non elektrolit.
2.      Ciri – ciri larutan elektrolit adalah adanya gelembung gas dan lampu menyala.
3.      Ciri – ciri larutan non elektrolit lampu tidak menyala dan tidak ada gelembung gas.
4.      Berdasarkan kekuatan daya hantar listrik, laritan dapat dibagi atas, elektrolit kuat, elektrolit lemah, dan non elektrolit.

5.2 Saran
1.      Dalam melaksanakan praktikum kita harus berhati - hati dalam melaksankan pengamatan agar hasilnya nanti tidak salah atau adanya kekeriluan dalam pembacaan hasil praktikum.
2.      Pengamatan ini sangat penting dengan tujuan agar kita dapat mengetahui larutan yang dapat menghantarkan listrik dan tidak dapat menghantar listrik.
3.      Periksa alat uji elektrolit secara teliti, karena alat uji yang tidak benar akan mempengaruhi hasi percobaan.
4.      Larutan yang diuji jika seperti air jeruk, air kapur, dan air garam usahakan dengan mencampurkn air secukupnya, jangan terlalu banyak ataupun terlalu sedikit.
5.      Lebih baik percobaan dilakukakan lebih dari 1 kali, tujuannya untuk lebih meyakinkan atau memastikan terhadap hasinya.
6.      Bersihkan alat uji elektrolit supaya larutan yang telah diujikan tidak lagi menempel pada elektroda.
7.      Usahakan menuangkan larutannya secukupnya saja agar larutan yang akan diuji tidak tumpah.

DAFTAR PUSTAKA
Permana, irvan, MEMAHAMI KIMA SMA KELAS X, Bse, Jakarta, 2009.
http://landasanteori.blogspot.com/2011/09/pengertian-larutan-larutan-adalah.html
http://igsshared.blogspot.com/2009/06/larutan-elektorlit-dan-non-elektrolit.html
http://ariffadholi.blogspot.com/2012/10/larutan-elektrolit-dan-larutan-non.html
http://sherchemistry.wordpress.com/kimia-x-2/kimia-xi/

Lampiran 1
JOB DESCRIPTION


1.      Leader                         : bertugas mengetik, menjilid, mencari buku, membuat daftar pustaka, membawa kabel, solder, alcohol, minuman isotonic, minuman soft drink  dan timah.
2.      Sekertaris                    : bertugas mencatat laporan sementara, membawa air garam, air laut, membawa air kapur, lakban, ember, dan buku gambar bekas.
3.      Bendahara                   : membawa obat magh, , membawa minuman berenergi, isolasi, perasan jeruk nipis, tang, dan serbet.
4.      Perlengkapan 1            : membawa lampu, membawa batang karbon, membawa gunting, baterai baru, obeng (-), dan perasan jeruk nipis.
5.      Perlengkapan 2            : membawa tisu, obeng, penjepit listrik, larutan gula, larutan cuka, dan wadah.